Monday, December 21, 2015

BIsnis, Prostitusi dan Cinta

Saya tidak akan membahas tentang bisnis dari dunia prostitusi tapi yang saya bahas hubungan antara ketiganya.

Bisnis sebagai sebuah kegiatan yang melakukan perdagangan baik barang maupun jasa terkadang membuat orang yang terlibat di dalamnya harus mempunyai banyak strategi untuk membuat bisnis yang dijalankan berjalan lancar. Aneh tapi nyata namun yang dapat kita ketahui Prostitusi dan Cinta bisa menjadi alasan yang sama dalam berbisnis.

Saya sendiri pernah berada di dalamnya, dengan bisnis yang saya geluti banyak sekali saya harus bisa menjamu para klien saya dengan banyaknya kesenangan semu yang dapat mereka nikmati. Saya sendiri pernah ada di keduanya baik yang menjamu maupun yang dijamu. Prostitusi adalah salah satu perjamuan yang paling mutakhir untuk beberapa klien saya, banyak project atau bahkan kedekatan diluar bisnis yang bisa membuat saya dan bisnis saya menjadi lebih lancar setelah kami keluar dari ruangan para penjaja cinta beraksi. Mungkin tempat prostitusi sangat cocok untuk disebut sebagai rumah singgah bagi para orang-orang mampu, baik mampu untuk membayar atau mampu memakai uang tempat mereka bekerja.

Prostitusi dalam sejarah merupakan pekerjaan pertama yang ada di dunia, seakan memang dibutuhkan untuk menyambung nyawa. Dan sekarang sudah menjadi kebutuhan untuk bisa menyenangkan hati orang lain yang dapat berguna dalam pekerjaan kita atau bisa disebut dengan klien. Tapi tulisan ini bukan untuk menghakimi siapapun yang berada dalam tempat prostitusi karena sayapun pernah ada dan menikmatinya. Hanya saja ada yang saya sadari saat saya sedang kerja di luar kota Jakarta yaitu Makassar. Sekali lagi saya sebagai klien di sana, dan seperti biasa banyak tawaran ke saya untuk menikmati cinta singkat khas Makassar. Saya sendiri tidak kaget dengan tawaran tersebut tapi ada satu hal yang saya pikirkan. Sebelum berangkat saya mempunyai target yang saya inginkan yaitu mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya dari bisnis saya ini untuk dapat hidup dengan orang yang saya cintai di Jakarta. Terlalu naïf memang jika saya membawa nama cinta yang makna dan pelaksanaannya pun terkadang berbeda satu sama lain. Tapi menurut saya sendiri saat saya berani berkata cinta terhadap seseorang itu berarti saya harus menghargai keputusan saya untuk menjalankan kata-kata tersebut.

Kembali seperti di topik awal antara Bisnis, Prostitusi dan Cinta. Semua kini berhubungan, sudah banyak para pebisnis yang berangkat kerja dengan alasan “saya lakukan bisnis ini untuk keluarga yang saya cintai” namun mereka juga mengatakan alasan mereka mau datang ke tempat prostitusi demi kepentingan bisnis mereka yang notabene mereka lakukan demi keluarga yang mereka cintai.

Aneh tapi nyata? Bisnis untuk Cinta dan Prostitusi untuk Bisnis? Namun saat ini ini saya yakin satu hal Prostitusi hanya untuk diri sendiri dan bukan untuk bisnis. Saya yakin prostitusi hanya hiburan untuk diri sendiri semata dan bisnis hanyalah kamuflase untuk membenarkan kegiatan yang dilakukan. Karena jika kita melakukan sesuatu untuk orang yang kita cintai maka keinginan untuk kita menghibur diri sendiri melalui prostitusi pun tidak akan terlintas sedikitpun untuk mau kita lakukan. Saya belajar seperti itu saat saya mengenal cinta dari orang yang tepat untuk saya cintai, tidak ada keraguan untuk menolak ajakan menuju tempat prostitusi. Saya tidak butuh hiburan semu dari sebuah penjaja cinta karena saya merasa hiburan saya yang paling saya butuhkan adalah saat saya dapat bertemu dengan orang yang saya cintai.

Bisnis dengan Sex? Pelicinkah? Saya punya pandangan tersendiri tentang kehidupan berbisnis yang mengharuskan sex sebagai pelicin. Menurut saya sendiri menyenangkan diri sendiri dengan sex menggunakan alasan bisnis adalah kamuflase dimana bisnis sendiri menjadi no.2 saat itu. Banyak agenda pribadi yang terdapat didalamnya secara tidak langsung menggambarkan bahwa klien membutuhkan bantuan professional untuk mendapatkan sex. Kebutuhan pribadi masing-masing hanya saja jangan lupakan tanggung jawab kepada setiap ucapan yang keluar dengan mengatakan bahwa berbisnis untuk keluarga yang dicintai, karena di dalam kata-kata tersebut ada kepercayaan keluarga bahwa pemimpin rumah tangganya sedang berjuang atas nama cinta. Kesenangan manipulasi agar salah satu pihak merasa terlayani dengan baik justru hanya memperlihatkan siapa diri kita sebenarnya.

Sekali lagi saya tidak menghakimi, ini hanya fakta yang sering terjadi di luar sana. Saya sendiri bukan orang yang cukup baik untuk berbisnis, namun untuk urusan sex saya mempunyai pandangan tersendiri.


Menurut saya, Sex bukan untuk kuantitas, tapi untuk kualitas.