Saya tidak akan membahas tentang bisnis dari dunia
prostitusi tapi yang saya bahas hubungan antara ketiganya.
Bisnis sebagai sebuah kegiatan yang melakukan perdagangan
baik barang maupun jasa terkadang membuat orang yang terlibat di dalamnya harus
mempunyai banyak strategi untuk membuat bisnis yang dijalankan berjalan lancar.
Aneh tapi nyata namun yang dapat kita ketahui Prostitusi dan Cinta bisa menjadi
alasan yang sama dalam berbisnis.
Saya sendiri pernah berada di dalamnya, dengan bisnis yang
saya geluti banyak sekali saya harus bisa menjamu para klien saya dengan
banyaknya kesenangan semu yang dapat mereka nikmati. Saya sendiri pernah ada di
keduanya baik yang menjamu maupun yang dijamu. Prostitusi adalah salah satu perjamuan
yang paling mutakhir untuk beberapa klien saya, banyak project atau bahkan
kedekatan diluar bisnis yang bisa membuat saya dan bisnis saya menjadi lebih
lancar setelah kami keluar dari ruangan para penjaja cinta beraksi. Mungkin
tempat prostitusi sangat cocok untuk disebut sebagai rumah singgah bagi para
orang-orang mampu, baik mampu untuk membayar atau mampu memakai uang tempat
mereka bekerja.
Prostitusi dalam sejarah merupakan pekerjaan pertama yang
ada di dunia, seakan memang dibutuhkan untuk menyambung nyawa. Dan sekarang
sudah menjadi kebutuhan untuk bisa menyenangkan hati orang lain yang dapat
berguna dalam pekerjaan kita atau bisa disebut dengan klien. Tapi tulisan ini
bukan untuk menghakimi siapapun yang berada dalam tempat prostitusi karena sayapun
pernah ada dan menikmatinya. Hanya saja ada yang saya sadari saat saya sedang
kerja di luar kota Jakarta yaitu Makassar. Sekali lagi saya sebagai klien di
sana, dan seperti biasa banyak tawaran ke saya untuk menikmati cinta singkat
khas Makassar. Saya sendiri tidak kaget dengan tawaran tersebut tapi ada satu
hal yang saya pikirkan. Sebelum berangkat saya mempunyai target yang saya
inginkan yaitu mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya dari bisnis saya ini untuk
dapat hidup dengan orang yang saya cintai di Jakarta. Terlalu naïf memang jika
saya membawa nama cinta yang makna dan pelaksanaannya pun terkadang berbeda
satu sama lain. Tapi menurut saya sendiri saat saya berani berkata cinta
terhadap seseorang itu berarti saya harus menghargai keputusan saya untuk
menjalankan kata-kata tersebut.
Kembali seperti di topik awal antara Bisnis, Prostitusi dan
Cinta. Semua kini berhubungan, sudah banyak para pebisnis yang berangkat kerja
dengan alasan “saya lakukan bisnis ini untuk keluarga yang saya cintai” namun mereka
juga mengatakan alasan mereka mau datang ke tempat prostitusi demi kepentingan
bisnis mereka yang notabene mereka lakukan demi keluarga yang mereka cintai.
Aneh tapi nyata? Bisnis untuk Cinta dan Prostitusi untuk
Bisnis? Namun saat ini ini saya yakin satu hal Prostitusi hanya untuk diri
sendiri dan bukan untuk bisnis. Saya yakin prostitusi hanya hiburan untuk diri
sendiri semata dan bisnis hanyalah kamuflase untuk membenarkan kegiatan yang
dilakukan. Karena jika kita melakukan sesuatu untuk orang yang kita cintai maka
keinginan untuk kita menghibur diri sendiri melalui prostitusi pun tidak akan
terlintas sedikitpun untuk mau kita lakukan. Saya belajar seperti itu saat saya
mengenal cinta dari orang yang tepat untuk saya cintai, tidak ada keraguan untuk
menolak ajakan menuju tempat prostitusi. Saya tidak butuh hiburan semu dari
sebuah penjaja cinta karena saya merasa hiburan saya yang paling saya butuhkan
adalah saat saya dapat bertemu dengan orang yang saya cintai.
Bisnis dengan Sex? Pelicinkah? Saya punya pandangan
tersendiri tentang kehidupan berbisnis yang mengharuskan sex sebagai pelicin.
Menurut saya sendiri menyenangkan diri sendiri dengan sex menggunakan alasan
bisnis adalah kamuflase dimana bisnis sendiri menjadi no.2 saat itu. Banyak agenda
pribadi yang terdapat didalamnya secara tidak langsung menggambarkan bahwa
klien membutuhkan bantuan professional untuk mendapatkan sex. Kebutuhan pribadi
masing-masing hanya saja jangan lupakan tanggung jawab kepada setiap ucapan
yang keluar dengan mengatakan bahwa berbisnis untuk keluarga yang dicintai,
karena di dalam kata-kata tersebut ada kepercayaan keluarga bahwa pemimpin
rumah tangganya sedang berjuang atas nama cinta. Kesenangan manipulasi agar
salah satu pihak merasa terlayani dengan baik justru hanya memperlihatkan siapa
diri kita sebenarnya.
Sekali lagi saya tidak menghakimi, ini hanya fakta yang
sering terjadi di luar sana. Saya sendiri bukan orang yang cukup baik untuk
berbisnis, namun untuk urusan sex saya mempunyai pandangan tersendiri.
Menurut saya, Sex bukan untuk kuantitas, tapi untuk
kualitas.