Ini
mungkin cuma pandangan mata gua aja sebagai orang yang menyukai Standup Comedy.
Inspirasi tulisan gua ini lahir dari saat gua liat audisi SUCI 4 di Kompas TV
kemaren. Gua sendiri adalah lulusan SUCI 3 tapi gua sendiri baru sekali berada
di ruangan audisi seharian dan melihat comic2 mengeluarkan materinya di dalam
ruangan dan di depan juri yaitu Radit dan Om Indro.
Banyaknya
tipe comic bahkan bisa gua sebut tipe orang yang berada di dalam ruangan audisi
itu sangat beragam. Standup Comedy sendiri sekarang berada di dalam posisi yang
mulai menanjak. Banyak profesi yang menginginkan menjadi Standup Comedy-an
mulai dari loper Koran sampai dengan Dokter. Tapi ternyata banyak yang bisa gua
ambil sebagai pelajaran disini sebagai seorang Comic.
Standup
Comedy yang notabene sudah menjadi alternative hiburan untuk masyarakat
Indonesia, ternyata mulai menjadi pusat perhatian dan mulai banyak yang
tertarik untuk menjadi pelakunya. Dan gua mau mulai bahas dari untuk orang awam
dan yang sudah menjadi comic sebelum adanya audisi.
Orang Awam.
Kenapa
gua sebut orang awam disini? Karena menurut gua mereka ingin menjadi comic dengan alasan yang mempunyai berbagai macam sudut pandang sehingga memutuskan untuk ikutan
audisi.
a. Merasa lucu
Sebenernya
sih sah-sah aja kalau ada yang merasa lucu dan merasa bisa terkenal lewat jalur
comedy, tapi mereka lupa konsep awal standup adalah “keresahan”. Dan orang-orang ini rata-rata adalah orang yang sudah berumur atau ada juga sih yang masih muda tapi
kebanyakan Tua (bisa dilihat di tayangan audisi SUCI) nanti. Sempat merasa kasihan
sih melihat usaha mereka yang bahkan orang-orang tipe ini sudah ada bahkan
dari audisi SUCI 1. Mereka mencoba melontarkan jokes-jokes yang sudah ada di
khalayak umum seperti street jokes bahkan sampai ke arah slapstick seperti
Joged dan bahkan salto. Bahkan ada yang sampai menggunakan atribut yang
ditempelkan ke bajunya agar terlihat lucu. Sekali lagi bukan ini yang kita cari
karena Standup comedy sendiri seharusnya hadir untuk menjadi alternative dimana
komedi bukan karena tingkah laku yang over active. Dan daripada kita
menggunakan baju yang aneh, mungkin bahkan lebih baik kalau orang yang udah tua
seperti itu masuk dengan menggunakan batik ditambah celana bahan dan sepatu
kerja tapi bilang dimaterinya bahwa dia dari dulu ingin jadi penonton bayaran
tapi selalu gagal karena gayanya lebih cocok jadi penonton bayaran acara
wayang. At least ada tujuannya berpakaian aneh yang bisa nyambung sama materinya dan bukan hanya terlihat lucu.
b. Ingin
terkenal
Semua
orang yang ingin ikut audisi pasti banyak yang ingin terkenal tapi simple aja.
Ada baiknya lo belajar dan cari tahu dulu apa yang lo lo mau ikutin untuk
terkenal. Jangan hanya sekedar antri panjang-panjang seharian penuh dan malah
buat lo akhirnya gagal karena lo ga tau gimana caranya standup comedy. Bahkan
Indonesian Idol sekalipun ga pernah meluluskan orang yang bahkan ga tau gimana
caranya nyanyi lagu semudah Indonesia Raya kan? Karena ini audisi nyanyi bukan
audisi Menpora (sampai dititik tulisan ini silahkan tepuk tangan karena seperti
biasa kalo ada materi kritis pasti penonton tepuk tangan)
c. Mengikuti
Jejak Idola
Ini
sebenernya salah satu alasan yang paling gua suka “seharusnya”. Menjadi atau
mengikuti jejak idola adalah cara salah satu cara memotivasi diri dengan baik
untuk maju. Tapi gak ada salahnya sebelum lo merasa “gua bisa jadi seperti
idola gua” lo cari tau dulu gimana dulunya idola lo dan bagaimana dia bisa
seperti sekarang atau untuk standup comedy-nya lo cari tau dulu bagaimana dia bisa
mendapatkan kelucuannya. Jangan akhirnya lo melihat idola lo lucu dan lo
akhirnya cuma menggunakan nama idola lo sebagai bahan kelucuan. Bukan kelucuan
yang didapat tapi malah lo akan kita anggap sok asik.
Ya dari tiga kriteria orang awam itulah yang mungkin
gua sanggup untuk bahas. Sama seperti lo liat kompetisi nyanyi deh apa mungkin
lo mau nonton penyanyi yang sehari-harinya nyanyi lagu nina bobo ke anak kecil aja bukannya tuh anak kecil bobo tapi malah berakibat koma.
Comic.
Buat gua sendiri mungkin sangat menyarankan lo ikut
atau sekedar cobain audisi ini, karena dari segi pembelajaran dan penilaian
diri ini sangat bermanfaat (tapi kalo emang udah punya materi bagus dan bisa terkenal duluan tanpa ikutan sih ya gausah juga gapapa sih). Gua bahas soal audisinya yah bukan lombanya. Karena
terbukti saat audisi rasanya berbeda auranya dengan perform di panggung asli.
Mungkin di luar kompetisi ini lo adalah comic yang sangat lucu materinya tapi
untuk lo berada di ruang audisi ini rasanya beda dengan panggung asli. Jadi,
gua gak akan bahas materi comic tapi lebih ke pandangan personal gua soal
mental dan pembelajarannya.
a. Mental
Hal
ini yang paling pertama ingin gua bahas. Gua sendiri pernah merasakan ruang
audisi dan gemetarnya atau groginya di depan dua orang juri itu sangat beban
tersendiri. Nothing to lose harus gua lakuin, gak penting gua diterima tapi
menampilkan materi dengan baik buat gua udah cukup (walaupun rasa ingin
lolosnya sangat besar). Tapi ada baiknya ini cuma jadi ajang lo ingin cari tau
gimana sanggupnya mental lo dan bagaimana jika lo gagal nanti karena banyak
faktor didalamnya dan jangan dilupain audisi ini adalah ajang kompetisi yang
berhubungan dengan pertelevisian jadi mungkin bukan hanya sekedar materi bagus
yang harus kita bawain tapi selling point dalam diri kita juga yang akan
dilihat. Banyak yang ikutan lomba dan sebelumnya sudah pernah menjuarai atau
masuk dalam peringkat besar di lomba-lomba off air tapi tidak diterima. Sekali
lagi jangan sampai mental kita jatuh, gua tulis begini karena ada beberapa yang terlihat kecewa.
Gua sendiri yang bahkan sudah lolos dan sampai melewati masa kompetisi merasa
masih ingin bersaing lagi di lomba-lomba off air lainnya karena tujuan gua
untuk melatih mental gua sendiri dan seakan gua gak perduli dengan kata-kata “lo
kan udah pernah masuk TV” justru karena itu gua sadar diri dan terus coba
perbaikin karena suatu saat nanti gua bisa kalah dengan teman-teman lainnya
kalau gua gak terus coba apalagi masi ada beberapa temen-temen comic gua yang masih harus gua kejar. Jangan takut sampai lo ngerasa mental lo down atau
kecewa karena mungkin bukan lo yang dicari di panggung ini atau ada kesalahan
saat audisi yang bisa lo pelajarin kalaupun lo emang tetep pengen masuk
standard penilaian juri nantinya. Mungkin lo harus terima kalau memang materi
lo yang terbukti di panggung luar harus ditolak. Setidaknya yang gua pelajarin dari
audisi karena gua selalu dengerin komentar juri adalah kita harus mempunyai
materi yang jika orang lain bawain akan susah karena tingkat emosi dan delivery
harus berdasarkan diri kita atau masih ada benang merah dengan persona kita.
Contoh comic yang gua bilang LPM nya tinggi banget yaitu Bintang Bete walaupun
materinya sesimple dan selucu itu gua yakin ga akan ada yang bisa bawain
seperti dia walaupun harus pura-pura menjadi dia.
b. Pembelajaran
Sebenernya
ini bisa kita dapat saat dengerin komentar juri (itu juga kalau juri membiarkan
materinya sampe abis) tapi kalaupun enggak, mungkin bisa balik lagi ke poin awal
yaitu tingkat persona dan delivery kita yang mungkin agak goyang sehingga emosi
pada materi agak berkurang dari biasanya dan tedengar seperti materi yang cuma
hafalan. Gua gak mau sotoy sih tapi ini yang gua pribadi ambil semoga yang gua
share dari pembelajaran gua bisa sedikit melengkapi apa yang lo pelajari
Dari semuanya mungkin ada satu yang lebih global yaitu ingin masuk TV. Gua sendiri dari angkatan SUCI 3 gak bohong kita semua senang masuk
TV, tapi dibalik itu ada yang namanya pengalaman karena terbukti dari gua yang
bahkan dieliminasi jauh dari angka juara tetap dapat hasilnya yang significant
di tahun ini sebagai seorang comic fulltime. Untuk yang awam jangan cuma
sekedar mau masuk TV karena ada yang namanya komunitas StandupIndo yang bisa lo
datengin untuk latihan atau nyari tau tentang gimana caranya menjadi comic
dimulai dengan bergaul sama para pelakunya yang sudah lebih dulu menjadi comic.
Banyak sih comic yang juga tanpa perlu latihan tapi punya materi bagus tapi
pertanyaannya, apa lo punya talent seperti mereka? Lo juga harus sadar diri
dengan kemampuan lo dan kelemahan lo jangan sampai asal ikut-ikutan kalo emang
lo ga punya bakat seperti mereka yang bisa tanpa menulis. Bahkan dari mereka
sendiri sebelumnya tetap belajar basic dari Standup Comedy dan gak asal ikutan.
Gak ada salahnya lo sekarang juga anggap standup
comedy gak seperti Hiburan doang bahkan lo yang gak mau jadi seorang entertain
mungkin juga bisa menganggap bahwa Standup Comedy adalah cara yang bagus untuk
belajar Public Speaking yang bisa lo terapkan sehari-hari bahkan pekerjaan
seperti presentasi ke klien. Bahkan ada fakta yang gua lihat dengan mata kepala
sendiri ada seorang comic di Malang yang mempunyai kekurangan bukan cuma fisik
saat dia berdiri tapi juga bahkan dia gak bisa bicara dengan jelas dan kita
mungkin dulu gakkan ngerti dia ngomong apa. Tapi ternyata dia bisa ngomong
dengan lancar dan jelas kita dengar karena dia belajar Standup Comedy. Jadi
udah bukan saatnya lagi kita jadiin Standup Comedy cuma sekedar perbandingan
hiburan antar comedy lainnya tapi juga bisa kita jadikan bekal ilmu bagi yang
ingin mencoba. Dan jangan cepat nyerah
saat kita merasa ga lucu baru sekali dua kali coba. Terus cari cara lain karena
semua itu dipelajarin kok. Coba baca buku yang tepat (yang tepat yah jangan
buku yang copy-an tapi malah angkat cerita pribadi).
Kalopun Standup Comedy bukan Passion lo tapi bisa lo
jadikan ini sebagai pelengkap Passion lo suatu saat nanti.
Sorry kalo gua terlihat sotoy angkat tulisan ini, gua
cuma share apa yang bisa gua share dan selama gua yakin tujuannya positif gua
akan tetap share opini gua.
No comments:
Post a Comment