Friday, January 2, 2015

Selamat Tahun Baru

Selamat Tahun Baru! Yak, ini adalah ungkapan basa-basi diawal tahun. Ungkapan yang sebenarnya hanya ada dinikmati saat kita proses pergantian tahun. Waktu yang seakan-akan memberikan izin untuk kita melakukan pesta atau hingar bingar. Merayakan sesuatu yang hanya berubah secara tanggal dan tidak signikan perbedaannya. Acara tahun baru gak pernah buat gua dari jam 23.59 ke 00.01 menjadikan gua orang yang berbeda dari sebelumnya, enggak membuat perbedaan apapun. Gak ada yang baru hanya dalam waktu sedekat itu tapi cara menyambut kita seakan-akan perubahan itu akan terasa dengan cepat. Gua sih mau aja pesta besar-besaran dan bayar mahal untuk merayakan tahun baru tapi setelah gua hitung mundur terus teriak 3…2…1… SELAMAT TAHUN BARUUUUUUU!! Dan 2 menit kemudian gua naik jabatan.



Banyaknya acara yang yang diadakan untuk merayakan tahun baru, tidak sedikit yang memaksa pengunjungnya harus bayar mahal untuk mengikuti acara tersebut. Bayangkan ada yang bayar sampe 3 juta rupiah untuk acara tahun baruan bahkan mungkin lebih. Dan mereka bayar semahal itu cuma untuk menonton ratusan kembang api di udara dan sisanya acara biasa yang bisa dinikmati tanpa perlu tahun baru. Padahal kalo cuma kembang api aja mereka bisa nikmatin di hari lebaran, emang sih bedanya gak ada hitungan mundur. Misalkan, SEPULUH!!.. SEMBILAN sampai TIGA!!... DUAAAA!!...SATUUUUU!!!! MINAL AIDIN WAL FAIDIZIN MOHON MAAF LAHIR DAN BATIIIIN!! Kalau emang ada yang merayakan lebaran dengan hitungan mundur itu cuma tukang minta-minta di lampu merah senen! Itu juga ngitungnya dari DUA RATUS! Kalau cuma menikmati hitungan mundurnya, berarti uang 3 juta itu cuma untuk 10 detik? Bayangin 3 juta abis cuma dalam waktu 10 detik, itu kalo gua yang ikut acaranya gua pasti itungnya dari 3 juta lah!
TIGA JUTA!! DUA JUTA!! SEJUTAAA!! SELAMAT TAHUN BARUUUUU!!!

Pertanyaannya, uang 3 juta itu sebanding atau enggak dengan resolusi gua di kedepannya? Atau uang 3 juta itu sudah pantaskah kita gunakan untuk merayakan resolusi kita ditahun sebelumnya?  Atau jangan-jangan resolusi kita ditahun sebelumnya sebenarnya tidak tercapai? Ini yang jadi masalah, uang yang kita keluarkan hanya untuk merayakan kegagalan ditahun sebelumnya dan berharap tercapai ditahun depannya dengan cara bersenang-senang? Kalau ada yang begini seharusnya mereka Jangan seneng-seneng! Seharusnya mereka dirumah merenungi kenapa bisa gagal ditahun sebelumnya.

Alasan gua nulis ini sederhana, karena menurut gua Tahun Baru adalah patokan waktu gua untuk menjadi tolak ukur kemajuan dalam periode 1 tahun. Dan bukan menjadikan keharusan untuk menghambur-hamburkan uang atau gaya hidup mewah. Pemborosan yang dilakukan dalam konsep kembang api pun menurut gua bukanlah hal yang wajar. Gua ini kerja di EO dan gua pernah survey harga kembang api yang bagus untuk dapat dinikmati 5-10 menit bisa mencapai puluhan juta bahkan ratusan juta dan itu pun belum ditambah dengan membayar perijinan ke pihak kepolisian. Entah yang dinikmati adalah tampilan kembang api di udara atau suaranya. Kalaupun suaranya kan bisa ditayangkan dalam bentuk MP3 atau kalau tampilannya kan bisa pake video ulangan kembang api tahun lalu.

Kalaupun mungkin memang ada yang bilang “biarin sih! Kan ini duit gua sendiri! Biarin dong tiap orang punya cara masing-masing menyambut Tahun Baru” kalaupun memang ada yang bilang begini gua akan jawab “gua gak maksain tahun baru kalian dengan cara yang gua mau, gua tetap mengembalikan pilihak ke kalian masing-masing. Namun semoga kemeriahan tahun baru kalian tetap mengingatkan kalian untuk tetap meraih yang terbaik di tahun kedepannya.” Atau “Silahkan berpesta dengan meriah dan semoga di tahun kedepannya acara tahun baru kalian akan lebih meriah, dengan keberhasilan kalian memenuhi resolusi yang kalian inginkan. Dan semoga acara Tahun Baru kalian bukan hanya jadi alasan untuk bermewah-mewahan menggunakan alasan MENYAMBUT TAHUN BARU”.




No comments:

Post a Comment